Umat Hindu mengenal Galungan sebagai salah satu hari raya. Sejarah mencatat, perayaan Galungan sudah ada sejak berabad-abad silam.
Terdekat, Galungan akan jatuh pada Rabu (28/2/2024). Pada momen tersebut, umat Hindu akan memperingati terciptanya alam semesta dan mengekspresikan rasa syukur dengan memberi persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara.
Galungan dirayakan setiap 210 hari, atau 6 bulan dalam kalender Bali. Lalu sepuluh hari setelahnya, umat Hindu akan merayakan Hari Raya Kuningan.
Persiapan Galungan dimulai jauh sebelum hari-H, di mana pada 25 hari sebelumnya umat Hindu akan melaksanakan beragam upacara mulai dari Tumpak Wariga, Sugihan Jawa, Mererebon, Sugihan Bali, Hari Penyekaban, dan Penyajan. Setiap upacara tersebut memiliki fungsinya masing-masing, mulai dari menyucikan diri manusia hingga menahan diri dari hal-hal yang dilarang agama.
Upacara terakhir dari persiapan menuju Galungan adalah Hari Penampahan di mana umat Hindu akan memasang penjor sebelum Galungan. Lalu saat Galungan tiba, waktunya bersembahyang di pura dan rumah masing-masing.
Galungan dengam berbagai ritualnya tentu punya sejarah. Galungan diketahui sudah ada sejak abad kesembilan Masehi.
Mengenal Struktur Candi Hindu Buddha di Indonesia
Sejarah Galungan
Catatan mengenai sejarah Galungan ada dalam lontar Purana Bali Dwipa. I Nyoman Suka Ardiyasa dalam Makna Filosofi Hari Raya Galungan pada Era Globalisasi mencatat bahwa Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau 882 Masehi sebagaimana ditulis sebagai berikut:
“Punang aci Galungan ika ngawit, Buta, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.“
Artinya: Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama- tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku) Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.
Sementara itu, rohaniawan Hindu Ida Pedanda Made Gunung mengemukakan hal yang sama bahwa perayaan Galungan yang pertama terjadi pada sekitar tahun 804 saka. Saat itu adalah era di mana Kerajaan Sri Kesari Warmadewa berkuasa.
Bali adalah wilayah di mana masyarakatnya paling banyak merayakan Galungan. Namun, naskah lontar kuno juga mecatat bahwa perayaan Galungan sempat menghilang di sana sebelum kemudian dihidupkan lagi oleh Raja Sri Jayakasunu saat ia menjadi penguasa Bali.
Galungan dirayakan kembali setelah Raja Sri Jayakasunu mendapat bisikan dari Dewi Durgha bahwa leluhurnya selalu berumur pendek karena tidak merayakan Galungan. Sejak itu, Galungan pun dirayakan kembali.
Cerita Arca dari Zaman Hindu yang Ditemukan di Bumi Para Wali
Referensi:
- Ardiyasa, I. N. S. (2020). Makna Filosofi Hari Raya Galungan pada Era Globalisasi. Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 2(1).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.