Tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI) meraih medali perak dalam kontes pemrograman perguruan tinggi internasional se-Asia Pasifik atau International Collegiate Programming Contest (ICPC) Asia Pacific Championship, pada Sabtu (2/3/2024). Kemenangan ini mengantarkan mereka ke babak World Finals yang bakal digelar di Astana, Kazakstan, pada September 2024.
Ketiga pemuda itu tergabung dalam Tim Rigor Mormist yang beranggotakan Pikatan Arya Bramajati, Steven Novaryo, dan Arvin. Mereka berhasil melewati persaingan bersama 195 juara kompetisi lima regional di Asia Pasifik. Rigor Mormist bahkan mengungguli grup semifinalis asal Indonesia: Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Bina Nusantara University.
Pikatan, Steven, dan Arvin, menjadi satu-satunya tim perwakilan Indonesia dalam babak final tingkat dunia. Di babak World Finals, mereka akan bertanding melawan tim dari universitas terbaik se-Asia, di antaranya: Seoul National University, National University of Singapore, dan The University of Tokyo.
Tekad Bantu Tunanetra Bawa Wonder Reader Raih Top 3 Google Solution Challenge
Tahun lalu, Rigor Mormist meraih posisi pertama dalam kategori Best National Team ICPC Asia Regional Jakarta.
“Torehan prestasi di level ICPC Asia Pacific Championship yang dilaksanakan ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Pasalnya, tim Rigor Mormist lolos sebagai qualified teams terhitung sejak semifinal Asia Pacific Championship ke World Finals,” kata Denny, pembimbing Tim Rigor Mormist sekaligus dosen Fasilkom UI, dalam siaran pers, Rabu (13/3/2024).
Delapan tahun sudah Denny mendampingi Tim UI dalam kompetisi kelas dunia itu. Pada 2020, dirinya pernah mengantarkan anak didiknya menduduki peringkat ke-21, sehingga meraih High Honours ICPC World Finals. Saat itu, mereka unggul dari 34.000 kampus, sejajar dengan Harvard dan Stanford.
Steven, personel Rigor Mormist, menerangkan bahwa timnya menggunakan strategi yang fleksibel agar dapat menyesuaikan dengan kemungkinan variasi soal yang cukup banyak. Demi mengoptimalkan waktu saat pengerjaan soal, mereka membagi tugas sesuai kemampuan masing-masing anggota.
Sebelum kompetisi berlangsung, kata Steven, dia dan timnya melakukan banyak latihan bersama untuk menyimulasikan situasi lomba. Bukan itu saja, mereka juga mengikuti trainingcamp dan berlatih dengan tim internasional lainnya. Usai latihan, mereka selalu melakukan evaluasi dan berusaha mengatasi kekurangan.
”Selain strategi dalam tim, pergerakan skor tim-tim lain juga kami amati dalam menentukan gerakan berikutnya,” jelas Steven.
Berhasil Temukan Bug Berbahaya di Google, Pelajar Semarang Raih Hadiah Rp75 Juta
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.