Suku Bugis adalah kelompok etnis yang sebagian besar mendiami daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian besar suku Bugis mendiami daerah Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Pare-pare, Barru, Sinjai, dan Bulukumba.
Asal usul nenek moyang suku Bugis berasal dari golongan etnis Deutro Melayu atau Melayu Muda. Nenek moyang suku Bugis merantau dari Yunan (Cina Selatan) ke Nusantara sekitar tahun 500 Sebelum Masehi.
Kata Bugis diambil dari kata “To Ugi” yang berarti orang Bugis. Kemudian, kata “Ugi” berasal dari nama raja pertama dari Kerajaan Cina di Pammana, Kabupaten Wajo yang bernama La Sattumpugi.
Mayoritas Suku Bugis Memeluk Agama Islam
Mayoritas masyarakat suku Bugis memeluk agama Islam. Walaupun sebagian besar mereka beragama Islam dan menjalankan lima rukun Islam, mereka juga masih memegang kepercayaan lokalnya sebelum masuknya agama Islam ke Sulawesi Selatan yaitu Attoriolong. Kepercayaan tersebut mengarah pada paham animisme dan dinamisme.
Baca juga: Melihat Suku Bugis Lebih Dekat
Adapun praktik-praktik kepercayaan Attoriolong yang masih diamalkan oleh masyarakat suku Bugis, yaitu mappanre galung (memberi makan sawah), maccera tasi’ (memberi persembahan pada laut), dan massorong sokko patanrupa (memberikan persembahan kepada Dewa berapa empat macam beras ketan).
Suku Bugis, Ahli Pelaut yang Berani
Awalnya, sebagian besar mata pencaharian masyarakat suku Bugis berprofesi sebagai petani.
Akan tetapi, karena rajanya melakukan tindakan sewenang-wenang, banyak masyarakat suku Bugis merantau ke berbagai daerah dan negara untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Sejak zaman dahulu, masyarakat suku Bugis memang sangat terkenal dengan sifat pemberaninya. Sehingga, mereka bisa menjadi pelaut yang terkenal di dunia walaupun di tengah cuaca buruk. Uniknya, orang Bugis memiliki ritual adat istiadat Bugis sebelum berlayar, antara lain sebagai berikut.
Pertama, prosesi acini allo yaitu para nahkoda kapal, para nelayan, dan para tokoh adat mengadakan musyawarah untuk menentukan hari yang baik untuk berlayar.
Kedua, prosesi annisi yaitu para nelayan menarik kapal ke laut untuk mempersiapkan semua alat penangkap ikan selama satu minggu.
Ketiga, prosesi apparada yaitu ritual pengecatan kapal agar lebih bersih dan terawat kapalnya. Selain itu, prosesinya juga disiapkan daun kelapa untuk tempat menaruh ikan yang telah ditangkap.
Keempat, prosesi appanai’ pakkajang yaitu para nelayan menaikkan bekal makanan yang dibantu bersama dengan para keluarga untuk menangkap ikan.
Kelima, prosesi appanaung rije’ne yaitu menyerahkan sesajen ke laut sambil menyanyikan lagu daerah dan mendorong kapal ke laut lepas.
Terakhir, prosesi appassili yaitu berdoa bersama setelah menyerahkan sesajen ke laut dan pelepasan kapal para nelayan.
Tujuan dilakukan ritual adat istiadat tersebut agar para nelayan dan nahkoda selamat dan mendapatkan ikan yang melimpah di tengah berlayar.
Nama kapal tradisional Bugis adalah kapal pinisi. Kapal ini dibangun dengan cara tradisional yaitu menggunakan tangan manusia. Pembangunan kapal tersebut juga tidak menggunakan kayu kaleng-kalengan, tetapi menggunakan kayu yang berkualitas tinggi yaitu kayu besi. Kayu besi berasal dari pohon besi yang merupakan pohon asli Sulawesi.
Baca juga: Mengenal Kapal Legendaris Simbol Kehebatan Pelaut Indonesia, Kapal Pinisi
Berdasarkan naskah La Galigo, kapal pinisi diciptakan oleh Pangeran Kerajaan Luwu pada abad ke-14. Awalnya, kapal tersebut digunakan untuk melamar pernikahan dengan gadis yang bernama We Cudai dari negara Tiongkok. Namun, ketika kembali ke Sulawesi, terjadi badai besar di laut lepas sehingga kapal pinisi pecah menjadi tiga bagian hingga terdampar di daerah Ara, Tanah Beru, dan Lemo-lemo.
Itulah kehebatan pengetahuan tradisional dari orang Bugis di mana kapal pinisi tidak tenggelam walaupun diterjang badai besar di laut lepas. Makanya, kapal pinisi bisa berlayar hingga ke belahan dunia mulai dari Benua Australia, Filipina, Malaysia, Singapura, Sri Lanka, India, dan Benua Afrika.
Baca juga: Dari Sulawesi ke Semenanjung Melayu, Asal Usul Suku Bugis di Malaysia dan Kontribusinya
Bahkan, beberapa negara juga terdapat perkampungan Bugis, yaitu “Bugis Street” di Singapura dan “Macassar” di Afrika Selatan karena dulunya disinggahi oleh komunitas Bugis.
Sumber:
- https://makassar.kompas.com/read/2021/12/28/201927478/mengetahui-asal-suku-bugis-pelaut-handal-dari-sulawesi-selatan?page=all
- https://travel.kompas.com/read/2021/08/29/083100627/bugis-suku-terbesar-di-sulawesi-selatan?page=2
- https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6307168/suku-bugis-sejarah-budaya-dan-kisah-perantauan-yang-hebat
- https://www.liputan6.com/regional/read/2511871/pasukan-galesong-dan-ritual-wajib-pelaut-bugis
- https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6581846/mengenal-kapal-pinisi-sejarah-karakteristik-hingga-proses-pembuatannya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News