Legenda Putri Kemarau adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Sumatra Selatan. Legenda ini berkisah tentang seorang putri raja yang rela berkorban demi kepentingan masyarakat yang ada di negerinya.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda Putri Kemarau tersebut?
Legenda Putri Kemarau
Dilihat dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu hiduplah seorang putri raja bernama Putri Jelitani. Masyarakat di kerajaan tersebut memanggil putri ini dengan nama Putri Kemarau.
Penyebutan ini disebab oleh waktu sang putri dilahirkan pada saat musim kemarau. Putri Kemarau hidup bersama ayahnya setelah sang ibu meninggal dunia.
Putri Kemarau sangat dicintai oleh masyarakat di kerajaan tersebut. Apalagi sang ayah merupakan raja yang sangat arif dan bijaksana.
Pada suatu hari, kerajaan tersebut dilanda musim kemarau yang sangat panjang. Akibatnya banyak masyarakat yang kelaparan serta terkena wabah penyakit.
Putri Kemarau kemudian memberikan saran agar semua masyarakat melakukan upacara doa bersama. Doa bersama ini diadakan agar Tuhan Yang Mahakuasa segera menurunkan hujan dan mengakhiri musim kemarau.
Tidak lama setelah acara doa bersama ini, Putri Kemarau tiba-tiba didatangi oleh sang ibu di dalam mimpi. Sang ibu berkata bahwa musibah yang tengah dialami oleh negeri mereka akan berakhir ketika ada seorang gadis yang rela berkorban.
Gadis tersebut mesti rela menceburkan diri ke dalam laut secara sukarela. Dengan demikian, musibah yang tengah terjadi bisa berakhir nantinya.
Ternyata mimpi ini tidak hanya dialami oleh Putri Kemarau. Sang raja ternyata juga mengalami mimpi yang sama.
Keesokan harinya, sang raja kemudian mengumpulkan semua masyarakatnya. Sang raja menceritakan mimpi yang dia alami pada malam sebelumnya.
Dirinya kemudian bertanya apakah ada masyarakat yang rela berkorban untuk menjalankan pesan dalam mimpi tersebut. Namun tidak ada satu orang pun yang berani untuk menjalankan mimpi tersebut.
Tiba-tiba Putri Kemarau mengajukan diri untuk berkorban. Hal ini tentu mengejutkan, tidak hanya bagi sang raja, tetapi semua masyarakat yang ada di sana.
Meskipun demikian, Putri Kemarau tetap teguh dengan pendiriannya. Putri Kemarau menjelaskan bahwa dia rela berkorban asalkan masyarakat tidak lagi mengalami musibah ini.
Akhirnya pada malam harinya Putri Kemarau diantarkan ke tebing laut yang ada di daerah tersebut. Sebelum menceburkan diri, Putri Kemarau meminta maaf dan meminta agar sang ayah dan seluruh masyarakat mengikhlaskannya.
Putri Kemarau kemudian meloncat ke laut. Tepat ketika Putri Kemarau masuk ke dalam air, tiba-tiba petir besar menyambar dan hujan deras langsung turun.
Air hujan kemudian membasahi wilayah negeri tersebut. Tidak lama kemudian, tumbuh-tumbuhan mulai menghijau dan tanah di sana kembali subur.
Sang raja gembira melihat situasi ini. Dia senang karena masyarakat sudah tidak mengalami musim paceklik lagi.
Namun di satu sisi sang raja juga merasa sedih. Sebab dia mesti kehilangan putri kesayangannya.
Pada suatu malam, sang raja mendengarkan sebuah bisikan yang menyuruhnya untuk kembali ke tebing laut. Sang raja kemudian mengikuti perkataan tersebut dan pergi ke tebing laut.
Ternyata di sana sudah ada Putri Kemarau yang berdiri di sebuah karang. Ternyata Putri Kemarau diselamatkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa atas keikhlasannya untuk berkorban demi kepentingan masyarakat.
Akhirnya sang raja kembali hidup bahagia bersama Putri Kemarau di sisinya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.
Tim Editor