Prof. Dr. Hj. Nuril Huda, M.Pd., mencetak sejarah setelah dikukuhkan menjadi profesor. Pengukuhan Nuril Huda sebagai profesor ini menjadikannya sebagai profesor wanita pertama di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin.
Ia akhirnya mengambil gelarnya setelah 40 tahun menjadi dosen.
Bisa dibilang, Nuril Huda memiliki semangat yang sama dengan suaminya untuk mendapatkan gelar profesor. Sebab, diketahui, suaminya, Prof. Dr. H. Akhmad Fauzi Aseri, M.A., telah lebih dulu meraih gelar guru besar.
Suami Nuril Huda merupakan Rektor UIN Antasari Periode 2009-2017.
Nuril Huda tetap mengejar gelar meskipun ia telah berstatus sebagai nenek dari lima orang cucu.
Ia juga menegaskan di akhir orasinya bahwa, “Tidak ada kata terlambat untuk sukses selama hayat masih dikandung badan. Selalu berusaha dan berdoa pada Allah. Yakin Usaha Sampai.”
Prof. Sjafri Sairi: Guru Besar Antropologi di Balik Sejarah Jaket Almamater UGM
Nuril Huda Selalu Dipercaya Menjadi Ketua
Nuril Huda dikenal sebagai sosok yang memiliki prestasi. Hal ini dibuktikan jalannya untuk menjadi dosen yang terbilang cepat.
Nuril Huda menempuh perkuliahan sebagai sarjana Muda Tahun 1982 dan Gelar Sarjana Strata-1 Tahun 1984 di IAIN Antasari Banjarmasin. Usai lulus sarjana, ia langsung menjadi dosen pada 1985 lewat seleksi CPNS.
Saat itu, Nuril Huda mengampu mata kuliah Ilmu Jiwa Agama di Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin.
Endang Rohjiani, Aktivis Lingkungan dari Yogyakarta yang Perjuangkan Ekosistem Sungai Winongo
Setelah lebih dari 10 tahun mengajar, Nuril Huda kemudian melanjutkan studinya di jenjang magister. Ia mengambil S2 Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) di Universitas Negeri Yogyakarta dan lulus pada tahun 2000.
Tidak puas di sana, Nuril Huda kembali menggapai pendidikannya tingkat doktoral di Universitas Negeri Yogyakarta. Berhasil lulus pada 2013, ia kembali mengambil Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) pada pendidikan S3.
Selain dilihat dari jenjang pendidikan, semangat dan prestasi Nuril Huda juga dapat dilihat dari berbagai posisi yang dipercayakan untuk diembannya. Nuril Huda pernah menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Gender Tahun 2001-2005, Ketua Darmawanita persatuan IAIN Antasari Tahun 2009-2017, hingga Ketua Pusat Pengembangan Standar Mutu di LPM IAIN Antasari Tahun 2013-2017.
KH Anwar Musaddad, Pencetus UIN di Indonesia Ternyata Anak Angkat H.O.S Tjokroaminoto
Nuril Huda dan Ketertarikannya pada Kajian Gender
Menjadi guru besar pertama di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin, Nuril Huda juga memiliki minat yang besar terhadap kajian gender. Tulisan-tulisannya kerap mengambil topik dilihat dari perspektif gender.
Misalnya, disertasinya untuk meraih gelar doktor, Nuril Huda mengambil topik “Pengembangan Model Penelitian Perspektif Gender”.
Dilansir dari laman resmi UIN Antasari, Nuril Huda juga memublikasikan karya lain terkait gender, yakni “Perspektif Wanita Banjar, Tionghoa, dan Madura di Banjarmasin dalam Membentuk Karakter Anak (Kajian Teori Ekologi Perkembangan)”.
Laku Tubuh Melati Suryodarmo dalam Pertunjukan Panjang Tanpa Kata-Kata
Penelitian tersebut sejalan dengan kepakaran ilmu yang dimiliki Nuril Huda, yakni Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
Sebab, dalam penelitiannya di Kajian Teori Ekologi Perkembangan, Nuril Huda menemukan bahwa nilai moral dan budaya yang ditanamkan oleh wanita Banjar, Tionghoa, dan Madura kepada anak-anaknya memiliki perbedaan.
Wanita Banjar mengenalkan anak-anaknya berkaitan dengan nilai religiusitas dan ketauhidan; wanita Tionghoa lebih menekankan pada kesehatan dan disiplin; sedangkan wanita Madura lebih difokuskan pada kerja keras dan pantang menyerah.
Tertarik dengan Kesetaraan Gender? UGM Jadi Kampus dengan Studi Gender Terbaik di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.
Tim Editor