WartapalaIndonesia.com, BEKASI – Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) DKI Jakarta menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) After Action Review di Grand Travello Bekasi. Pada 12 Juni 2025.
Anggota Forum PRB yang hadir di antaranya Dompet Dhuafa, DMC, LDD – KAJ, Perkumpulan Lingkar, Dharma Sena Rescue, MDMC, Fatayat NU, BSMI, Klub Indonesia Hijau Regional 01 Jakarta, Aisyiyah.
Kegiatan ini juga melibatkan perwakilan dari BPBD Provinsi Jakarta, instansi teknis seperti PU, Dinas Sosial, kesehatan, lingkungan serta organisasi kemanusiaan yang ada di Jabodetabek dan Karawang.
Dalam FGD, penggagas kegiatan ini Ninil Jannah menceritakan, tatkala banjir besar melanda wilayah Jabodetabek dan Karawang pada Maret 2025 lalu, telah memicu serangkaian upaya penanggulangan kedaruratan oleh pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan komunitas lokal.
Setelah masa tanggap darurat di bencana tersebut berakhir, dan transisi menuju pemulihan dini dimulai, diperlukan evaluasi sistematis terhadap respons yang telah dilakukan. Salah satu metode utama yang digunakan dalam mengevaluasi tanggap darurat bencana adalah After Action Review atau AAR.
“AAR merupakan proses pembelajaran partisipatif yang bertujuan mengidentifikasi praktik baik, hambatan, serta rekomendasi strategis untuk perbaikan ke depan”, imbuh Ninil.
Senada, aktivis Perkumpulan Lingkar, Untung Tri Winarso dari Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) menjelaskan, pelaksanaan AAR dalam format FGD memungkinkan pertukaran reflektif antar aktor lintas sektor yang terlibat secara langsung dalam respons banjir.
Kegiatan FGD AAR ini akan menjadi bagian integral dari studi dokumentasi dan evaluasi banjir tahun 2025. Selain itu, FGD AAR juga untuk mengkaji ulang proses dan hasil pelaksanaan penanggulangan kedaruratan bencana banjir Jabodetabek dan Karawang tahun 2025.
Sementara Ari dari Klub Indonesia Hijau Regional 01 Jakarta yang juga mewakili Forum PRB DKI Jakarta memapar, berdasarkan pengalaman lalu kita harus mengidentifikasi kegagalan sistemik, yakni hambatan koordinasi, dan titik lemah dalam pengambilan keputusan, seperti distribusi bantuan yang memiliki masalah, serta komunikasi saat tanggap darurat.
Menggapi hal tersebut, Ninil mengatakan analisis reflektif terhadap penyebab ketidakefektifan upaya respons, serta menyusun dasar argumentatif bagi koreksi struktural atau kelembagaan, kita perlu mendorong pembelajaran kebijakan berbasis pengalaman lapangan yang dapat diintegrasikan dalam perencanaan tanggap darurat ke depan. (FAI).
Kontributor || Fadlik Al Iman
Editor || Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)