
- Catatan Interaksi memberikan peluang pendidikan untuk anak-anak kelas menengah bawah
- Catatan Interaksi rutin menggelar Pekan Anak Interaksi untuk mengajak anak-anak belajar bersama
- Catatan Interaksi berharap bisa melakukan kolaborasi dengan banyak komunitas dan instansi
Kesempatan untuk bersekolah masih menjadi kemewahan bagi sebagian anak-anak di daerah, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Keresahan inilah yang mendorong Desy Ratu Erly Sofi, seorang guru privat di Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan, untuk mendirikan Catatan Interaksi—sebuah komunitas belajar membaca dan menulis yang terbuka untuk semua anak.
Didirikan pada tahun 2020 melalui platform media sosial, Catatan Interaksi hadir dengan semangat menyediakan ruang belajar yang gratis dan inklusif. Bagi Desy, pendidikan tidak boleh dibatasi oleh biaya atau status sosial. “Saya merasa dunia anak-anak itu luas, dan kegiatan belajar harus bisa menjangkau semua lini tanpa embel-embel ‘kelas privat’,” jelasnya.
Pekan Anak Interaksi: Belajar Sambil Bermain, Membaca dengan Nyaring
Salah satu program unggulan Catatan Interaksi adalah Pekan Anak Interaksi, sebuah kegiatan mingguan yang kini telah memasuki volume ke-14. Program ini dirancang agar anak-anak dapat menikmati pengalaman membaca dengan cara yang menyenangkan—mulai dari membaca nyaring bersama hingga diskusi pemahaman bacaan dalam bentuk tanya jawab.
Selain itu, anak-anak juga diajak melakukan aktivitas kreatif seperti mewarnai dan bermain edukatif. Desy dan timnya selalu menyesuaikan bentuk kegiatan dengan usia, jumlah peserta, dan kebutuhan khusus setiap anak. “Kami mendesain kelas yang menyenangkan, dan semua anak punya kesempatan yang sama tanpa perlu kami beda-bedakan,” ucap Desy.
Dari Keresahan Pribadi Menjadi Gerakan Komunitas
Desy tidak sekadar mengamati permasalahan pendidikan dari kejauhan. Sebagai anak dari keluarga menengah ke bawah, ia pernah merasakan langsung sulitnya mengakses pendidikan berkualitas. Dari pengalaman itulah Catatan Interaksi lahir, bukan hanya sebagai ruang belajar, tetapi juga sebagai kampanye untuk mengajak para orang tua lebih sadar akan pentingnya pendidikan.
“Saya seringkali miris melihat anak-anak yang belum bisa membaca, apalagi memahami isi bacaan. Dunia semakin praktis, tapi minat baca justru semakin menurun,” ungkapnya. Maka dari itu, Catatan Interaksi hadir sebagai fasilitator yang berupaya menjaga semangat belajar anak-anak tetap menyala.
Menjaga Nyala Api Literasi Anak-anak Indonesia
Meski tantangan tidak kecil, Desy berkomitmen untuk terus merawat Pekan Anak Interaksi. Bagi dirinya, kegiatan ini bukan hanya bentuk kontribusi terhadap pendidikan anak, tetapi juga menjadi ruang belajar pribadi. “Kegiatan ini bukan hanya tentang anak-anak belajar membaca, tapi saya pun belajar—belajar berani, belajar mengeksekusi mimpi, dan belajar bermanfaat,” tegasnya.
Catatan Interaksi menjadi contoh bahwa gerakan literasi tidak harus besar untuk berdampak luas. Dengan konsistensi dan keberpihakan kepada anak-anak yang rentan, komunitas ini perlahan menyalakan harapan baru akan masa depan pendidikan yang lebih setara di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.
Tim Editor