Unit electronic groove/alternative rock asal Bogor, Falaci resmi memperkenalkan karya perdana lewat materi demo bertajuk prototype yang rilis pada 24 Oktober 2025.
Trio yang digawangi oleh M. Naufal Dzaky pada vokal dan synth, Arafat Zawaid (bas), serta Alfian Prasetyo (gitar) ini membawa semangat eksplorasi lintas genre dalam proyek debutnya, menyajikan kombinasi musik elektronik yang tebal dengan nuansa band yang tetap terasa organik.
Menurut Naufal, prototype lahir dari kebutuhan personal sekaligus dorongan untuk menciptakan karya yang bisa menyentuh orang lain. “Selain menyalurkan emosi dan cerita yang gue alamin secara langsung, gue juga pengin karya ini bisa diakses banyak orang. Mungkin nantinya bisa nemenin atau jadi ekspresi buat mereka juga,” katanya saat dihubungi Pophariini (27/10).
Sementara Alfian menambahkan bahwa keinginan awalnya sederhana yaitu membuat sesuatu yang bisa dinikmati bersama. “Seru banget kalau bisa ketemu sama orang-orang yang relate dan menikmati apa yang kami bikin,” tuturnya.
Proses penggarapan prototype memakan waktu sekitar dua tahun, dimulai dari sesi workshop kecil di awal 2024. Di tahun itu Alfian bercerita sudah punya niat untuk membentuk band bareng Naufal.
“Sampai akhirnya sadar udah punya sekitar 30 draft lagu. Seiring waktu makin banyak temen yang bantuin, dari Lacbor, Acil, Aliefta, Nadhif, Dheva, dan akhirnya Acil gabung tetap di Falaci,” ungkap Alfian.
Falaci datang dari latar musik yang sangat beragam, mengingat Alfian dan Arafat yang sudah lebih dulu berkiprah di band indie rock seperti Texpack dan Rrag.
“Pas disatuin di studio, semuanya bisa saling ngisi. Kami juga nyoba eksperimen dengan sampling dan nuansa elektronik yang cukup kental, tapi tetap punya rasa ngeband,” kenang Naufal.
Berakar dari kota Bogor, Falaci menaruh perhatian besar terhadap perkembangan kolektif lokal yang semakin aktif. Mereka menyebut beberapa nama seperti Taktix Barudax, Music Service Announcement, Noirlab, Bengkel 3 & 4, Pesta Bebas Berselancar, dan Cikerti Connections sebagai penggerak penting di skena Bogor.
“Mereka ini yang selalu ngasih ruang buat teman-teman memperkenalkan karya. Semoga nanti kami juga bisa main di sana,” harap Naufal.
Falaci berharap pergerakan musik Bogor bisa terus tumbuh dan regenerasi. Selain itu menurut Naufal, banyaknya genre yang hadir menjadikan kota tersebut makin beragam dan tak cukup digambarkan hanya dengan satu genre.
“Moga-moga ada venue yang lebih aksesibel, dan makin banyak teman-teman yang lahir dengan warna baru,” tutupnya.
Dengan prototype, Falaci menandai langkah awal menuju perjalanan yang lebih matang menggabungkan kejujuran personal, eksplorasi sonik, dan semangat kolektif khas Bogor yang terus berkembang.