
Kemuning (Murraya sumatrana) adalah salah satu spesies dari famili Rutaceae yang dikenal karena keindahan bunganya dan sering digunakan sebagai tanaman hias. Tanaman ini juga memiliki nilai penting dalam ekosistem.
Namun, dalam beberapa kasus dapat menjadi inang bagi penyakit tanaman lain terutama yang disebabkan oleh bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus (CLas), penyebab penyakit Huanglongbing (HLB) atau citrus greening pada jeruk (Gottwald, 2010).
Ciri-ciri Tanaman Kemuning
Kemuning memiliki beberapa karakteristik morfologi yang membedakannya dari tanaman lain, di antaranya:
- Daun: Berbentuk majemuk menyirip dengan 3-7 anak daun, permukaan daun mengkilap, dan tepi daun rata.
- Bunga: Berwarna putih, kecil, dan harum, tumbuh dalam kelompok di ujung ranting
- Buah: Berbentuk bulat kecil, berwarna merah saat matang, dan mengandung biji.
- Batang: Berkayu, dengan kulit batang berwarna cokelat keabu-abuan.
Habitat Kemuning di Indonesia
Dalam buku The Ecology of Java and Bali (1987), disebutkan bahwa Murraya sumatrana tersebar di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dengan ketinggian 0-1.000 mdpl, baik di hutan sekunder, tepi sungai, maupun daerah pemukiman.
Kemuning juga sering dibudidayakan sebagai tanaman pagar atau penghias taman karena ketahanannya terhadap berbagai kondisi lingkungan.
Baca juga Saffron, Tanaman “Emas Merah” yang Kaya Manfaat
Ternyata menyebarkan penyakit
Meskipun memiliki nilai estetika, kemuning dapat menjadi ancaman bagi pertanian, khususnya tanaman jeruk. Kemuning diketahui sebagai inang alternatif bagi bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus (CLas), patogen penyebab penyakit Huanglongbing (HLB) atau citrus greening (Gottwald, 2010).
Penyakit ini ditularkan melalui serangga vektor Diaphorina citri (Asian citrus psyllid), yang dapat berpindah dari kemuning ke tanaman jeruk, menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan.
Penelitian menunjukkan bahwa kemuning dapat menjadi reservoir alami CLas tanpa menunjukkan gejala sakit, sehingga memperluas penyebaran penyakit. Oleh karena itu, pemantauan dan pengendalian kemuning di sekitar perkebunan jeruk penting untuk mencegah wabah HLB.
Baca juga Pakar Sebut Kelapa sebagai Tanaman Sosial, Apa Artinya?
Referensi
- Gottwald, T. R. (2010). Current epidemiological understanding of citrus Huanglongbing. Annual Review of Phytopathology, 48, 119-139.
- Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., & Afiff, S. A. (1987). The Ecology of Java and Bali. Singapore: Periplus Editions.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.
Tim Editor