Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan, Legenda Sang Piatu
Legenda Sang Piatu adalah salah satu cerita rakyat dari Sumatera Selatan. Legenda ini menceritakan tentang seorang anak yang tidak tahu apa-apa dan memiliki wawasan yang minim.
Berikut kisah lengkap dari legenda Sang Piatu, salah satu cerita rakyat dari Sumatera Selatan.
Legenda Sang Piatu, Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Dilihat dari buku Subadiyono, dkk., yang berjudul Sembesat Sembesit: Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Selatan, pada zaman dahulu hiduplah seorang anak yatim piatu bernama Sang Piatu. Dirinya hidup bersama sang nenek di gubuk yang ada di pinggiran dusun.
Pada waktu itu, orang miskin tidak boleh tinggal di dalam dusun dengan masyarakat umumnya. Hal inilah yang membuat mereka tinggal di pinggiran dusun.
Sejak kecil, Sang Piatu tidak mendapatkan pendidikan yang baik. Hal ini membuat dirinya tidak tahu apa-apa dan memiliki wawasan yang minim.
Ketika beranjak remaja, sang nenek menyuruh Sang Piatu untuk pergi ke dusun. Sang nenek berharap agar cucunya tersebut bisa mendapatkan ilmu baru di sana.
Sesampainya di dusun, dia melihat banyak anak kecil yang sedang dicukur. Ternyata tengah ada acara sedekah anak di dusun itu.
Sang Piatu kemudian menjelaskan apa yang dia lihat kepada sang nenek. Sang nenek pun menjelaskan jika apa yang dia lihat merupakan acara sedekah anak.
Jika Sang Piatu kelak melihatnya lagi, maka dia disuruh untuk ikut serta. Sang Piatu pun menyimpan pesan yang diberikan oleh sang nenek.
Beberapa waktu kemudian, Sang Piatu kembali ke dusun. Dia kembali melihat ada sebuah acara di dusun itu.
Namun dalam acara ini ada dua orang dewasa yang duduk saling bersandingan. Mengingat pesan sang nenek, Sang Piatu datang ke acara itu dan meminta ikut serta.
Namun masyarakat justru mengusir Sang Piatu. Mereka mengira Sang Piatu akan mengacau karena ingin ikut menikah.
Sang Piatu kembali menceritakan apa yang sudah dia alami. Sang nenek kemudian menjelaskan bahwa acara yang dia datangi berbeda dengan sebelumnya.
Mengingat usia Sang Piatu yang mulai menginjak dewasa, sang nenek kemudian menyuruh dirinya untuk mencari istri. Sang nenek berpesan agar Sang Piatu mencari wanita yang tidak makan banyak agar bisa terpenuhi dengan kondisi keluarga mereka yang serba berkekurangan.
Sang Piatu kemudian menjalankan pesan itu. Dia mulai mencari wanita untuk dinikahi.
Pada awalnya dia bertemu seorang gadis. Dia pun bertanya seberapa banyak gadis tersebut makan.
Gadis itu menjawab dia hanya makan sepiring nasi. Sang Piatu memutuskan tidak memilih gadis itu karena akan memberatkan keluarganya.
Setelah berjalan cukup lama, Sang Piatu bertemu seorang nenek tua. Dia bertanya apakah nenek itu mau menikah dengan dirinya.
Nenek tersebut mau menerimanya. Sang Piatu kemudian memberikan pertanyaan yang sama dengan gadis sebelumnya.
Sang nenek menjawab bahwa dia hanya makan segenggam nasi saja. Sang Piatu akhirnya membawa nenek itu pulang dan menikahinya.
Namun kebersamaan Sang Piatu dengan keluarganya tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian, istrinya dan sang nenek meninggal dunia karena sudah lanjut usia.
Sejak saat itu, Sang Piatu hidup seorang diri. Dirinya tidak tahu lagi mesti berbuat apa.
Pada suatu hari, Sang Piatu bertemu dengan seorang penjahat. Melihat kepolosan Sang Piatu, penjahat itu kemudian mengajaknya untuk pergi mencuri.
Sang Piatu yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti ajakan penjahat itu. Sang Piatu kemudian disuruh untuk masuk ke dalam rumah salah satu warga dan mencuri harta yang ada di dalamnya.
Namun malang, pemilik rumah ternyata terbangun ketika Sang Piatu masih ada di sana. Sang Piatu kemudian diikat dan akan dihukum mati dengan cara dibakar.
Sang Piatu menyesali perbuatannya. Namun di detik-detik akhir hidupnya, terbesit sebuah ide yang ada di dalam pikirannya.
Dirinya sadar bahwa si penjahat masih ada di sekitar sana. Sang Piatu kemudian menangis dan berkata, “Aku tidak ingin dinikahkan dengan sang putri tuan rumah.”
Mendengarkan hal ini, penjahat tersebut kemudian mendekat. Dia bertanya apakah yang ditangisi Sang Piatu itu benar.
Sang Piatu menjawab bahwa dia memang akan dinikahkan dengan putri pemilik rumah karena mencuri. Si pencuri ini merasa tertarik dan menawarkan Sang Piatu untuk berganti tempat dengan dirinya.
Mendengarkan tawaran itu, Sang Piatu tentu menerimanya. Begitu lepas dari ikatan, dia langsung pergi melarikan diri.
Sebaliknya, si penjahat langsung dihukum oleh pemilik rumah dengan cara dibakar. Sejak saat itu, Sang Piatu selalu berhati-hati dengan pilihan yang dia ambil dalam hidupnya.
Itulah kisah dari legenda Sang Piatu, cerita rakyat dari Sumatera Selatan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News