Band asal Jakarta, GiantKilling resmi merilis album mini terbaru berjudul Democrash!t akhir September 2025. Album ini menawarkan atmosfer emosional yang sarat dengan kritik sosial dalam durasi lebih dari 17 menit.
Karier GiantKilling dimulai dari pertemuan Damar Basmalah pada vokal, Supernova (gitar), dan Riza Kidzo (gitar). Setelah Kevin Pangestu (gitar) dan Argone (drum) gabung, mereka yang tadinya banyak mengambil inspirasi bermusik dari One Ok Rock kini menawarkan nuansa post-rock, mathcore, dan modern rock untuk lagu-lagunya.
Saat terbentuk di tahun 2024, GiantKilling langsung menawarkan banyak materi musik antara lain album mini perdana berjudul Raksaza, single “Mr.Right”, “Titik Buta”, dan “Toxic”, serta album mini WeAre.
Tak berhenti di situ, seakan ide dalam menghasilkan karya pantang tumpul, band selama 6 bulan di 2025 ini sudah mengantongi dua album mini, yang pertama Antitesis (April 2025) memuat 6 lagu dan yang terbaru Democrash!t menampilkan total 3 lagu (September 2025).
Sejak album mini perdana mereka beredar, GiantKilling juga melakukan kolaborasi dengan nama-nama yang tak asing. Sebut saja Roby Geisha, Ernest Cokelat, Abim Finger, Andre Dinuth, Cella Kotak, Iga Massardi, Pay Burman, hingga Arin Caessaria.
Band menjelaskan alasan mengapa mereka banyak melakukan kolaborasi. Menurut Damar GiantKilling butuh energi tambahan dari segi aransemen musik dari musisi lain. Mereka juga mengaku tidak pernah mengalami kesulitan untuk memilih dengan siapa atau mengalami penolakan saat meminang para musisi.
“Pertimbangannya itu paling cuman lagunya, terutama di aransemen, di lirik-liriknya juga. Ini cocok nggak sama image Iga Massardi misalnya, atau ini cocok nggak sama image-nya Andre Dinuth gitu. Jadi kayak Andre Dinuth misalkan dia kan gitaris shredder ya. Kayaknya nih keren nih kalau ada isiannya dia di lagu yang ini, spesial yang ini. Kayak gitu,” kata Supernova.
Kami pun berkesempatan untuk melakukan sesi wawancara singkat dengan para personel hari Rabu (01/10) secara online untuk mengenal GiantKilling. Simak langsung di bawah ini.
Kenapa menamakan band ini GiantKilling?
Damar: Kenapa ya? Kenapa dinamain Giant Killing? Dari namanya udah jelas tuh.
Supernova: Sebenarnya bukan kami, Giant-nya. Kami nih bukan siapa-siapa. Filosofi itu adalah suatu kelompok yang bukan siapa-siapa. Yang kecil, tapi bisa membunuh raksasa seperti dewa-dewa Yunani.
Riza: Raksasa yang dimaksud bisa apa aja. Tidak teratur. Gitu-gitulah.
Supernova: Datang begitu saja gitu. Kata-kata Giant Killing itu.
Cukup produktif selama setahun kemarin. Apa sebenarnya tujuan kalian bermusik?
Damar: Pengen ngeluarin keresahan yang ada di dada, di hati ngeliat di sekeliling kami sekarang sih.
Riza: Tujuan bermusik kayaknya bagian dari hidup gue.
Kevin: Kalo buat aku tujuan bermusik buat mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan. Setiap karya itu pasti ada pesan yang disampaikan.
Gak ada yang biar jadi kaya raya?
Damar: Kami tau, sekarang di musik nggak bisa kaya [tertawa]. Di musik, kaya tuh impossible.
Supernova: Tujuan gue bermusik itu karena gue suka musik aja. Dan itu bisa menumpahkan dan membuang energi-energi negatif yang ada di gue sih. Dengan berkarya itu, bener-bener bisa ada suatu kelegaan gitu kalo mengeluarkan sebuah karya gitu. Kayak ada energi negatif yang hilang dari diri, dari karya, tiap karya yang kami bikin.
Argon: Dengan bermain musik ada kebebasan.
Ceritakan proses yang menarik dari pembuatan album mini Antitesis!
Supernova: Mulai dari Antitesis dulu, karena album ini album kami yang paling mellow. Bisa dibilang album kami yang paling termellow di antara semua album-album yang ada. Jadi semua lagu yang ada di album ini. Tapi gue nggak akan sebut namanya siapa ya. Itu tuh adalah kisah salah satu di antara kami berlima. Clue-nya mungkin ada di artwork-nya. Jadi semua lagu mengisahkan tentang perjalanan cinta dari si orang ini dari awal sampai akhir. Dari satu sampai habis lagunya itu. Perjalanan hidupnya dia, penderitaan dia menuju dia sampai dia move on.
Cover art album mini Antitesis / Dok. Istimewa
Riza: Dari dia kembali ke cewek. Dari cewek itu, ternyata diselingkuhin temennya sampai dia sakit hati dan pulih.
Supernova: Tapi kami bukan mau nyindir ya. Kami itu cuma mau menumpahkannya sebagai karya aja, bahwa itu pernah terjadi dalam hidup kami.
Kalau cerita album Democrash!t?
Kevin: Kalau album Democrash!t tentang kritik sosial dan politik. Keresahan di suatu tempat, di suatu negara.
Supernova: Kan ada 3 lagu, “Dunia Fantasi”, “Ijazah Dari Surga”, sama satu lagi “Negara Gila”. Sebenarnya ini adalah jembatan untuk next album yang akan kami keluarkan sebulan lagi. Dari sound, genre, hingga mixing dan mastering album Democrash!t adalah gambaran album baru nanti. Tapi temanya bukan politik lagi. Temanya bebas, banyak gitu, beragam.
Damar: EP Democrash!t ini, kami berharap orang langsung nangkep apa yang kami buat. Demokrasi yang sekarang itu tidak sehat, kami rasa itu sudah geser jauh banget dari harapan. Judulnya memang agak provokatif sih. Tapi tujuannya itu buat bikin orang mikir, bukan sekadar kasar saja.
Riza: Tadinya ada dua opsi tuh. Mau Democrazy, eh Kevin nyeletuk demo shit jadi Democrash!t.
Jika melihat layanan streaming musik, GiantKilling belum punya banyak pendengar. Apa strategi yang sudah dilakukan dan target kalian dalam mempromosikan musik?
Supernova: Jadi kembali lagi ke prinsip dan obrolan kami di awal sejak kami memulai GiantKilling ini. Kami berkomitmen untuk berkarya terus. Apa pun yang terjadi, mau lagu kami naik, mau lagu kami nggak naik, tidak berhenti berkarya. Itu kenapa GiantKilling bisa mengeluarkan album tiga bulan sekali. Jadi kami nggak pernah mikirin bakal jadi apa. Emang seru dan suka ngeband aja. Kalau ditanya tujuannya apa, tentulah tujuannya mau sukses. Semuanya serba fleksibel, nggak ada yang jadiin beban. Intinya, berkarya dengan jujur.
Kami baru mau buat fanbase di setiap kota di Indonesia. Bakal banyak titik off-air juga untuk tur dan kami bakal main di banyak sekolah.
Kevin: Kami punya timeline jangka pendek dan panjang. Semoga bisa terealisasikan. Merchandise juga sudah dipersiapkan.
Terakhir, bagaimana kalian sebagai emerging artist melihat industri musik Indonesia saat ini?
Damar: Industri musik Indonesia sekarang lagi subur banget. Banyak musisi baru dengan warna beragam. Akses bikin musik bisa lebih gampang nyampe ke siapa pun. Tapi di sisi lain, kadang industri masih mikirin tren daripada karya yang jujur. Kami berharap ke depannya ruang musik alternatif atau musik perlawanan bisa lebih terbuka karena musik soal suara zaman.
Supernova: Industri musik sangat kompleks. Makanya kami bilang pengin berkarya aja. Berharap bisa lebih beruntung di industri ini.