Pontianak, kota di garis khatulistiwa yang bisingnya bukan cuma dari kendaraan, tapi juga tawa, obrolan, dan yang paling saya suka adalah musik dan kuliner. Kalau di Yogyakarta ada angkringan sebagai ruang skena, di Pontianak, warung makan dan kedai kopi punya peran yang tidak kalah penting. Ia adalah ruang temu, tempat berbagi cerita, dan tentu saja mengenyangkan perut. Ada beberapa kuliner yang menurut saya tak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke kota Pontianak.
Berikut adalah daftar pilihan versi saya, dan beberapa tempat yang saya berhasil dapatkan cerita asal usulnya:
Nasi Jalang
Saya tidak tahu di kota lain ada makanan seunik ini atau tidak. Nasi Jalang bukan cuma soal rasa, tapi juga soal cerita. Kalau di Pontianak ada kuliner yang bisa disebut “nasi skena”, itu adalah Nasi Jalang.
Kenapa “skena”? Pernah dengar soal band Manjakani yang partitur lagunya diubah jadi bungkus makanan? Nah, itu salah satu ceritanya. Kehadiran Nasi Jalang di gigs-gigs lokal, baik sebagai sponsor atau gimmick, membuat posisinya naik kelas, dari sekadar jajanan menjadi bagian dari denyut nadi skena musik Pontianak. Walau sekarang punya outlet, dulunya Nasi Jalang berjualan dari rumah. Menu andalannya nasi abon tongkol, resep turun-temurun dari nenek si pemilik. Signature lain bumbu hitam yang menjadi pembeda rasanya khas, dan berbeda dari bumbu hitam yang biasa saya temui. Nama “jalang” sendiri diambil dari lagu Jalang milik Efek Rumah Kaca.
Lebih dari makanan, Nasi Jalang seperti pelumas roda skena musik Pontianak. Ia hadir diam-diam, tapi perannya sangat sentral dalam menjaga energi komunitas tetap berjalan.
Warung Kopi Suka Hati
Bicara warkop di Pontianak, seperti bicara tentang denyut jantung kota. Banyak sekali warkop legendaris, tapi Warkop Suka Hati punya tempat spesial buat saya. Kenapa? Tentu karena pisang srikayanya. Tekstur pisang yang lembut berpadu dengan selai srikaya buatan sendiri yang manisnya pas. Setiap gigitan bukan cuma soal rasa, tapi juga memori. Sambil menyeruput kopi, banyak ide dan obrolan lahir di sini, dari isu sepele sampai rencana-rencana besar.
Kalau di kota banyak warkop yang dikemas “jadul untuk tampilan”, Suka Hati memang sudah vintage sejak awal karena beroperasi sejak tahun 1972 dan sudah memasuki generasi ketiga. Dari bangunan sampai nuansanya, semua terasa seperti mesin waktu ke masa lalu.
Es Krim Angi
Banyak orang lokal mengenalnya sebagai Es Krim Petrus, karena letaknya berseberangan dengan SMA Katolik Santu Petrus. Dari saya masih TK sampai sekarang, Es Krim Angi tetap menjadi pilihan utama. Kedai es krim ini bukan sekadar tempat jualan, tapi landmark. Rasanya yang tidak berubah, dengan varian rasa klasik seperti cokelat, vanila, stroberi yang bisa dicampur, serta rasa buah durian dan cempedak membuktikan bahwa kenikmatan sejati tidak butuh banyak inovasi. Walaupun sekarang sudah ada varian baru seperti matcha, ia tetap dicari, tetap disukai, dan tetap menjadi penawar rindu akan masa lalu. Rasanya memang khas es krim rumahan, tapi premium seperti slogannya yang disajikan dengan wadah buah kelapa muda, menciptakan sensasi es santai tropis yang sulit dilupakan dengan isi kacang merah dan jelly. Bagi warga Pontianak terutama generasi lama, Angi punya tempat khusus di kenangan musim panas di siang hari.
Warung Mie Pangsit Joko
Berlokasi di Jl.Dr Setia budi Gg. H abbas 2, Pontianak, warung Mie Pangsit Joko sudah bertahan selama lebih dari dua dekade (sekitar 25 tahun). Mie keriting menjadi ciri khasnya, dan tersedia dalam tiga pilihan yaitu goreng, kuah, dan rebus. Dari obrolan dengan Joko, ternyata Bakmi Joko ini adalah versi halal modifikasi resep dari kakeknya sejak dulu. Simpel tapi melekat di lidah Pontianak. Dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.
Nasi Goreng IIN
Di Jl. Johar No.65, Tengah, Nasi Goreng Iin adalah penyelamat saat lapar tengah malam atau ketika perut menangis minta diisi. Yang khas dari nasi goreng ini, selain rasa dan pedasnya adalah dimasak dalam panci besar, bumbu khusus yang meresap, dan tekstur berasnya yang berderai dan disajikan dengan suwir ayam goreng. Topping favorit ditambah telur dadar, dan kalau mungkin beruntung bisa ditambah uritan atau telur muda. Bikin tambah nikmat, tambah kenyang. Buat kalian yang mungkin tidak tahan dengan rasa pedas, Nasi Goreng IIN bisa dinikmati dengan versi tidak pedas. Oh iya, sedikit tips dari saya porsi versi take away-nya lebih banyak daripada makan di sana.
Sate Gertak Tiga
Sate ini berbeda dari sate pada umumnya. Sate Kuah Pontianak disajikan dengan kuah kaldu yang kaya akan rempah. Bumbu kacang disiram di atas sate, lalu disiram lagi dengan kuah kaldu hangat yang gurih. Sensasi rasanya unik, perpaduan manis dari bumbu kacang, gurih dari kuah kaldu, dan segarnya perasan jeruk sambal membuat sate ini terasa sangat istimewa. Cocok sekali sebagai menu sarapan sebelum memulai aktivitas. Sate favorit saya adalah Sate Gertak Tiga yang terletak di depan Kedai Kopi Nona, tepatnya depan Rumah Sakit Umum Santo Antonius Pontianak. Karena keunikan ini, banyak orang menyebut bahwa sate berkuah hanya (atau terutama) ada di Pontianak. Beberapa warung tua masih mempertahankan resepnya turun-temurun.
Sate kuah ini bukan sekadar variasi, ia mencerminkan adaptasi lokal atas sate dari budaya Melayu & Tionghoa di Kalimantan Barat.
Bubur Pedas Pa’ Ngah
Namanya mungkin bikin orang menerka pedas, tapi jangan tertipu karena bubur ini tidak pedas bahkan tampilannya juga tidak seperti bubur pada umumnya. Buburnya berasal dari beras yang digongseng dan diberi bumbu rempah ditambah berbagai macam sayuran. Kata “Pedas” di sini merujuk ke “berbumbu kaya”, kekayaan rempah dan dedaunan yang dicincang halus seperti daun kesum, dan semacam bumbu rempah lokal dan disajikan dengan topping kacang tanah dan ikan teri.
Bubur pedas adalah bubur khas Melayu Kalimantan Barat yang digemari karena aroma rempahnya yang tajam, tapi tidak menyiksa lidah. Rasanya khas, gurih, dan sangat kaya rempah. Ini adalah tantangan bagi yang suka mencoba hal baru. Pilihan yang berani, tapi pasti tidak akan mengecewakan.
Ce Hun Tiau Ahui
Di tengah cuaca Pontianak yang sering panas terik, Che Hun Tiau adalah penutup yang sempurna. Che Hun Tiau bisa disebut versi “cold noodle” atau “dessert noodle” ala Pontianak. Makanan manis ini berisi campuran bongko, kacang merah, cincau, dan ketan hitam yang disiram santan. Rasanya segar, manis, dan mampu menyejukkan tenggorokan. Che Hun Tiau lebih dari pelepas dahaga. ia juga penanda musim, dan jembatan rasa antara es campur dan kuliner khas lokal.
Mie Tiaw Daging Sapi Polo
Mie Tiaw Polo adalah kuliner malam legendaris di Pontianak, terletak di Jalan Pattimura. Warung ini buka dari sore hingga malam, dan menjadi salah satu destinasi kuliner yang tak lekang oleh waktu. Saya punya favorit sendiri, mie tiaw siram. Mie polos disiram kuah panas kental di atasnya, sehingga teksturnya jadi kenyal dan sedikit lembap di bagian atas. Rasanya gurih, aroma kaldu menyapa, dan mengepul saat disajikan. Selain itu varian goreng dan rebus tetap jadi andalan dan bisa dipilih sesuai selera.
Dalam konteks skena musik dan pengunjung malam, Polo punya keunggulan yaitu buka hinga larut, suasananya sederhana, cocok untuk mengisi perut setelah event atau manggung di malam hari.
RM. AYONG 999
Kalau pernah dengar tentang Nasi Telur viral di Pontianak dikenal dengan nama Nasi Telur Ayong 999 atau Nasi Telor Flor, RM. Ayong 999 adalah anak dari pemilik nasi viral itu yang memilih untuk membuka bisnisnya sendiri. Dan yang membuat tempat ini istimewa dalam timeline kuliner saya karena mengenal Ayong sejak zaman SMA. Nasi telurnya jadi alternatif sajian malam pulang nongkrong, ketika alarm lapar di sore hari usai beraktivitas, atau sekadar lapar tengah malam.
RM. Ayong 999 dikenal untuk menu nasi telur ceplok atau nasi telur kecap. Lokasinya di Jl. Putri Dara Nante No.31. Keistimewaannya adalah nasi panas plus telur ceplok yang disiram kecap ditambah minyak bawang yang menjadi aroma khasnya. Ciri khas lain sajiannya, wangi minyak bawang bercampur kecap asin yang kuat dinikmati dengan sepiring cah toge dan sawi sebagai sayurnya yang tak kalah menggoda.
Epilog: Rasa Sebagai Bentuk Identitas
Dalam skena musik, lagu, dan komunitas, kita terbiasa bicara soal identitas. Tapi identitas lokal Pontianak juga tertoreh dalam rasa. kuliner-kuliner ini bukan sekadar makanan, tapi fragmen budaya, memori, dan kreativitas manusia kota. Lewat nasi jalang, mie pangsit di gang kecil, warkop vintage yang tak berubah, hingga cold noodle menyegarkan, Pontianak mengundang kita untuk mendengar lirih kota lewat deret rasa.
Karena di kota ini, setiap sendok punya cerita antara musik, jalan malam, dan persinggahan warung kopi. Setiap makanan ini bukan cuma soal rasa, tapi juga punya cerita dan koneksi personal dengan kota Pontianak.