1. News
  2. Berita
  3. 24 Juta Lapangan Kerja Baru Menanti: Kemendiktisaintek Godok Kurikulum Berwawasan Green jobs

24 Juta Lapangan Kerja Baru Menanti: Kemendiktisaintek Godok Kurikulum Berwawasan Green jobs

24-juta-lapangan-kerja-baru-menanti:-kemendiktisaintek-godok-kurikulum-berwawasan-green-jobs
24 Juta Lapangan Kerja Baru Menanti: Kemendiktisaintek Godok Kurikulum Berwawasan Green jobs

24 Juta Lapangan Kerja Baru Menanti: Kemendiktisaintek Godok Kurikulum Berwawasan Green jobs


Green jobsmenjadi peluang besar di masa depan. Tidak hanya di sektor energi terbarukan, cakupan green job ternyata lebih luas.

Menurut International Labour Organization (ILO), Green jobs adalah pekerjaan yang layak dan berkontribusi pada pelestarian atau pemulihan lingkungan. Istilah hijau di sini mencakup banyak sektor. Pekerjaan hijau tidak terbatas pada energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin. Sektor pertanian, manufaktur, transportasi, bahkan jasa keuangan dapat menjadi hijau bila proses kerjanya lebih efisien, hemat energi, dan minim limbah.

Menurut laporan World Employment and Social Outlook, transisi menuju ekonomi rendah karbon dapat menciptakan lebih dari 24 juta pekerjaan baru di dunia pada tahun 2030. sebagian besar lapangan kerja hijau tersedia di sektor energi, pertanian, dan pengelolaan limbah.

Green jobs bukan hanya sebuah konsep. Pekerjaan ini memerlukan keterampilan yang mencakup mencakup kemampuan memahami efisiensi energi, manajemen limbah, ekodesain, hingga pemanfaatan teknologi bersih. Data dari World Economic Forum menunjukkan bahwa lowongan kerja yang membutuhkan green skills meningkat lebih dari 15% antara 2022–2023 di 48 negara.

Di Indonesia, peluang menuju pekerjaan hijau pun terbuka lebar. Program transisi energi nasional, pengelolaan sampah terpadu, hingga upaya dekarbonisasi industri memberi ruang bagi banyak profesi baru. Kementerian Ketenagakerjaan bahkan memperkirakan kebutuhan tenaga kerja di sektor energi terbarukan terus meningkat hingga 2030.

Masalahnya ada di  kesenjangan keterampilan. Banyak lulusan masih belum dibekali green skills yang dibutuhkan pasar.

Langkah Kemendiktisaintek: Menyemai Kesadaran Lingkungan Sejak Dini

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) mulai menyiapkan langkah strategis untuk memperkuat fondasi Green jobs di dunia pendidikan. Salah satunya melalui Science Film Festival 2025 yang bekerja sama dengan Goethe-Institut dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Festival ini digelar di 70 kota dan menargetkan siswa dari SD hingga SMA. Lewat film dan eksperimen sains, festival ini ingin menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap sains dan lingkungan. Dua hal inilah yang menjadi pondasi lahirnya generasi green talent.

Menuju Beasiswa Green Jobs

Dalam konferensi pers Science Film Festival (Jakarta, 4 November 2025), Prof. Ardi Findyartini, Direktur Sistem Pembelajaran Transformasi Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek, menyampaikan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan pemberian beasiswa khusus untuk bidang green jobs.

“Kita akan pertimbangkan tentunya, karena bukan hanya untuk S2 dan S3, tapi juga untuk bidang-bidang S1,” ujar Prof. Ardi.

Pernyataan ini mengindikasikan perubahan arah kebijakan pendidikan tinggi. Para lulusan pendidikan tinggi disiapkan untuk menjadi green experts.

Prof. Ardi juga menekankan bahwa Indonesia punya tanggung jawab besar Indonesia menjadi bagian dari paru-paru dunia. Maka, kebutuhan tenaga ahli yang memahami isu keberlanjutan adalah keharusan.

Transformasi Kurikulum dan Pembelajaran

Kemendiktisaintek telah memasukkan prinsip Green jobs ke dalam kerangka delapan prioritas nasional. Salah satunya menekankan pembelajaran sains sejak dini dengan pendekatan yang menyenangkan dan kontekstual.

“Mahasiswa yang sekarang dididik untuk menjadi calon guru itu perlu punya wawasan tentang bagaimana mengaitkan belajar sains dengan fenomena lingkungan saat ini,” jelas Prof. Ardi.

Pendekatan ini disebut transformative learning, yakni proses belajar yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga mengubah cara pandang siswa terhadap dunia. Di sini, sains tidak berdiri sendiri, tetapi dihubungkan dengan kesehatan lingkungan, adaptasi perubahan iklim, dan kesejahteraan manusia.

Dalam implementasinya, kurikulum di perguruan tinggi diarahkan agar setiap mata kuliah memiliki relevansi dengan isu keberlanjutan dan Sustainable Development Goals (SDGs). Mulai dari pengelolaan limbah laboratorium, efisiensi energi di kampus, hingga riset-riset yang berkontribusi pada inovasi hijau.

“Kebijakan itu sudah ada dan kita berharap tetap didorong di semua institusi pendidikan tinggi,” kata Prof. Ardi.

Sebab, untuk merealisasikan target nasional untuk net zero emission (NZE) pada tahun 2060, perlu dukungan berbagai pihak. Pemerintah dalam hal ini yang merancang program tersebut bertanggung jawab untuk memberikan dukungan kebijakan, beasiswa, dan kurikulum yang berorientasi keberlanjutan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
24 Juta Lapangan Kerja Baru Menanti: Kemendiktisaintek Godok Kurikulum Berwawasan Green jobs
Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy KOMBI.ID privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us