1. News
  2. Berita
  3. Mathali’ul Falah Pati: Pesantren yang Tak Gunakan Kalender Masehi dan Tolak Ujian Nasional

Mathali’ul Falah Pati: Pesantren yang Tak Gunakan Kalender Masehi dan Tolak Ujian Nasional

mathali’ul-falah-pati:-pesantren-yang-tak-gunakan-kalender-masehi-dan-tolak-ujian-nasional
Mathali’ul Falah Pati: Pesantren yang Tak Gunakan Kalender Masehi dan Tolak Ujian Nasional

Mathali’ul Falah Pati: Pesantren yang Tak Gunakan Kalender Masehi dan Tolak Ujian Nasional


Perguruan Islam Mathali’ul Falah atau masyarakat sekitar kerap menyebutnya sebagai Mathole’ adalah salah satu pesantren terbaik di Jawa Tengah. Pesantren ini didirikan oleh KH. Abdussalam pada 1912. Ia adalah ulama yang ingin menjadikan pendidikan Islam sebagai jembatan antara ilmu agama dan kehidupan masyarakat luas.

Untuk mencapai tujuan itu, Mathali’ul Falah tidak hanya mengajarkan ilmu agama, terutama fikih atau tafsir. Kurikulumnya memadukan 70% pelajaran agama dan 30% pelajaran umum. Sistem ini diterapkan di semua jenjang, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (setara SD), Tsanawiyah (SMP), hingga Aliyah (SMA).

Di luar itu, ada pula jenjang Diniyah Ula dan Diniyah Wustho. Ini adalah semacam kelas persiapan untuk memahami dasar kitab kuning, buku-buku klasik berbahasa Arab yang menjadi rujukan keilmuan Islam di pesantren.

Perkembangan Mathali’ul Falah tidak berhenti pada pendidikan menengah. Pada 2008 berdiri Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA), yang menjadi lembaga pendidikan tinggi di bawah naungan pesantren ini.

Pada 2015, IPMAFA resmi berstatus institut, membuka program studi sosial-keagamaan seperti Hukum Ekonomi Syariah, Pengembangan Masyarakat Islam, hingga Komunikasi dan Penyiaran Islam. IPMAFA juga memiliki pusat riset FiSI (Institute of Social Jurisprudence), yang meneliti penerapan hukum Islam dalam konteks sosial modern.

Tidak ada Ujian Nasional (UN)

Yang menarik, Mathole’ tidak menyelenggarakan ujian nasional (UN). Sikap ini dipertahankan sejak orde baru.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah sempat mengajukan tawaran agar Mathali’ul Falah ikut dalam program Ebtanas (pendahulu UN) dengan janji bantuan pembangunan fasilitas sekolah. Akan tetapi, KH. Sahal Mahfudz, yang kala itu menjabat sebagai Direktur Mathali’ul Falah periode 1967-2014 dengan tegas menolak tawaran tersebut.

Ia menilai, sistem ujian nasional tidak sejalan dengan karakter dan metode pembelajaran pesantren yang lebih menekankan pemahaman kitab, akhlak, dan praktik keagamaan sehari-hari.

Oleh karena itu, setiap murid di Mathole’ wajib menghafal kitab-kitab klasik seperti Arbain Nawawi, Amtsilati Tasrifiyyah, dan Alfiyah Ibn Malik. Bahkan, hafalan kitab menjadi syarat naik kelas, bukan sekadar nilai ujian.

Selain itu, di kelas tiga Aliyah (setara SMA), siswa diwajibkan menulis Karya Tulis Arab (KTA), naskah ilmiah berbahasa Arab yang harus ditulis tangan dan diuji di depan tim penguji (munaqosah). Proses ini melatih ketelitian, kemampuan menulis Arab, dan kedalaman berpikir keagamaan.

Walau tidak mengikuti UN, ijazah Mathali’ul Falah tetap diakui pemerintah melalui status mu’adalah, yaitu kesetaraan dengan sekolah formal. Pengakuan tersebut diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2852 Tahun 2015, yang mencantumkan Mathali’ul Falah Kajen sebagai salah satu dari 31 pesantren di Indonesia yang ijazahnya disetarakan dengan Madrasah Aliyah atau SMA. Dengan demikian, alumninya tetap memiliki hak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

“Sebagai salah satu Satuan Pendidikan Mu’adalah di Indonesia, Mathali’ul Falah mempunyai status “KESETARAAN” pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan formal,” katanya, sebagaimana dikutip dari laman resmi Mathole’.

Tidak Mengikuti Kalender Masehi

Salah satu keunikan paling mencolok dari Mathali’ul Falah adalah penggunaan kalender Hijriyah dalam sistem akademiknya. Tahun ajaran baru dimulai pada bulan Syawwal, bukan Juli seperti sekolah lain. Libur panjang diberikan pada bulan Ramadhan, dan tahun ajaran berakhir pada Sya’ban.

Keputusan ini merupakan bentuk konsistensi terhadap tradisi Islam. Saat sekolah lain berpatokan pada kalender Masehi, Mathole’ menegaskan identitasnya dengan mengaitkan ritme belajar pada siklus ibadah umat Muslim.

Beda Jam Masuk antara Putra dan Putri

Di pesantren ini, sistem pembelajaran juga dibedakan antara banin (putra) dan banat (putri). Jam belajar keduanya diatur agar tidak saling bercampur.

Kelas banin berlangsung mulai pukul 07.00 pagi hingga 12.30 siang, sedangkan banat baru mulai belajar pada pukul 13.00 hingga 17.00 sore. Dengan sistem ini, kedua kelompok santri nyaris tidak pernah bertemu di ruang belajar. Mereka bahkan tidak diperkenankan untuk saling berinteraksi, kecuali dalam urusan organisasi yang benar-benar penting, itupun harus dilakukan secara terbatas dan di tempat yang resmi.

Aturan ini diterapkan sebagai bentuk latihan menjaga adab dan kesopanan di lingkungan pesantren. Jika ada santri yang melanggar, sanksi disiplin akan diberikan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Mathali’ul Falah Pati: Pesantren yang Tak Gunakan Kalender Masehi dan Tolak Ujian Nasional
Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy KOMBI.ID privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us