Canggih! Begini Teknologi Baru AirNav Hadapi Puncak Libur Nataru 2025/2026
Menghadapi puncak arus penerbangan selama periode libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), AirNav Indonesia sebagai penyedia layanan navigasi penerbangan telah menyiapkan serangkaian prosedur operasional terbaru dan mengimplementasikan teknologi digital mutakhir.
Langkah-langkah ini dirancang untuk memastikan kelancaran, efisiensi, dan keselamatan perjalanan udara di tengah proyeksi peningkatan pergerakan pesawat yang signifikan.
AirNav Indonesia memproyeksikan arus pergerakan pesawat akan mencapai 76.972 pergerakan selama 18 hari layanan khusus Nataru. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 3,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan ini, strategi yang dijalankan tidak hanya berfokus pada penambahan kapasitas sumber daya manusia, tetapi lebih pada optimalisasi melalui inovasi prosedur dan pemanfaatan teknologi.
Prosedur Baru di 2 Bandara Utama
Dua bandara utama yang menjadi pusat perhatian adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK) di Jakarta dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (DPS) di Bali. Di CGK, AirNav menerapkan inisiatif “Enhancing Traffic Flow in CGK”. Prosedur ini mengoptimalkan jalur kedatangan pesawat dari arah barat menuju Landasan Pacu 07.
Direktur Operasional AirNav Indonesia Setio Anggoro menjelaskan bahwa dengan menerapkan rute langsung (direct route) dari beberapa titik navigasi seperti TKG, BUNIK, dan AMBOY menuju titik pertemuan DAKAR, jarak tempuh pesawat dapat dipersingkat secara signifikan.
“Sebagai contoh, dari titik TKG ke DAKAR, rute yang sebelumnya 157,5 Nautical Mile (NM) kini dapat ditempuh hanya dengan 81,6 NM melalui rute langsung. Penghematan jarak ini langsung berimbas pada pengurangan waktu penerbangan, konsumsi bahan bakar, dan emisi, sekaligus meningkatkan kapasitas ruang udara di sekitar bandara,” paparnya.
Efisiensi ini sangat krusial untuk menangani densitas lalu lintas udara yang tinggi selama periode puncak. Sementara itu, di Bandara Ngurah Rai, Bali, mekanisme Pushback Management yang telah teruji diperkuat.
Prosedur ini mengatur urutan dan waktu pesawat meninggalkan parkir stand (pushback) dengan lebih terintegrasi antara menara pengawas (Air Traffic Control/ATC) dengan petugas di darat (Apron Management).
Koordinasi yang ketat ini bertujuan meminimalisir antrian pesawat di taxiway dan delay yang tidak perlu, sehingga arus pesawat lepas landas dan mendarat dapat terjaga kelancarannya.
Dukungan Teknologi Digital: FF-ICE dan NOTAM AI
Di balik layar, transformasi digital menjadi tulang punggung kesiapan Nataru. AirNav mengandalkan sistem Flight and Flow Information for a Collaborative Environment (FF-ICE) yang diimplementasikan melalui Indonesia ATS Message Handling System (IMANS). Sistem ini menjadi fondasi untuk operasi berbasis trajectory (Trajectory-Based Operations/TBO).
“Dengan FF-ICE, pertukaran data rencana penerbangan dan informasi lalu lintas udara antar stakeholder dilakukan secara real-time dan terintegrasi. Ini memungkinkan kami memiliki gambaran yang lebih akurat dan prediktif mengenai alur lalu lintas udara, sehingga pengambilan keputusan operasional menjadi lebih efisien dan proaktif,” terang Setio.
Inovasi teknologi lainnya adalah NOTAM Generative AI. NOTAM (Notice to Airmen) adalah pemberitahuan penting bagi pilot mengenai kondisi yang mempengaruhi keselamatan penerbangan. NOTAM AI memanfaatkan kecerdasan artifisial generatif dan Large Language Model (LLM) untuk menerjemahkan instruksi operasional dalam bahasa sehari-hari menjadi format NOTAM yang terstruktur dan standar.
“NOTAM AI secara signifikan mempercepat waktu pemrosesan dan mengurangi potensi kesalahan penulisan atau interpretasi. Dalam situasi padat seperti Nataru, kecepatan dan akurasi informasi keselamatan adalah hal yang kritis,” tegas Setio.
Pemantauan Kapasitas Ruang Udara dan Sentralisasi Komando
Untuk memastikan seluruh langkah tersebut berjalan terkoordinasi, AirNav mengandalkan Indonesia Network Management Center (INMC) yang berfungsi sebagai pusat komando terpusat.
INMC melakukan orkestrasi layanan navigasi penerbangan secara nasional, terutama selama musim puncak. Salah satu tools andalan di INMC adalah sistem Airspace Capacity Monitoring.
Sistem ini memanfaatkan data surveillance dari seluruh penerbangan untuk memantau dan memvisualisasikan kepadatan ruang udara Indonesia secara real-time.
“Airspace Capacity Monitoring memberikan kami gambaran langsung tentang status dan beban setiap sektor udara. Dengan tools ini, kami dapat mengoptimalkan penggunaan ruang udara, mengalihkan rute jika diperlukan, dan mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalkan keterlambatan serta memastikan alur lalu lintas yang aman dan efisien di seluruh nusantara,” papar Setio.
Dengan kombinasi antara penyempurnaan prosedur operasional di bandara, penerapan teknologi digital generasi baru, dan penguatan pusat kendali nasional, AirNav Indonesia menyatakan kesiapan penuhnya untuk mendukung operasional penerbangan yang lancar dan aman selama masa libur Nataru 2025/2026.
Langkah-langkah ini tidak hanya untuk memitigasi lonjakan penumpang musiman, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang dalam membangun ekosistem penerbangan nasional yang lebih tangguh dan efisien.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News