Caption foto : Screenshot salah satu karya Oonk Madourart berjudul Exotic of Borneo. Foto diambil di Kereng Bangkirai, Sebangau, Palangkaraya. (WARTAPALA INDONESIA / IG oonkmadourart).
WartapalaIndonesia.com, PROFIL – Biografi setiap manusia bisa ditulis sang empunya, sejak 9 bulan jelang menginjakkan kaki di bumi, hingga kekalnya nama dan karya setelah berpindah galaksi.
Membaca tulisan tentang riwayat seseorang, sering membosankan karena cenderung formal. Namun, mendengar cerita perjalanan hidup seseorang, terkadang sebaliknya. Banyak pelajaran dan pengalaman berharga bisa dijadikan teladan siapa saja.
Misalnya, Oonk Madourart, pemuda asal Pamekasan, Jawa Timur ini, tak disangka memiliki berjuta kisah baik dalam menapaki duniawi.
Alur drama sudah dimulai sebelum kelahirannya pada 27 Juli 1982 mulai tersaji. Bernama asli Misbahol Munir. Dipanggil Baong (plesetan Bahol, red).
“Ayah saya memanggil saya Baong, tapi entah ada kaitannya atau tidak, saat itu saya sering sakit, akhirnya saya ubah panggilan menjadi Oonk sampai sekarang,” ucapnya kepada Wartapala Indonesia saat ia berkunjung ke Palangka Raya, beberapa hari lalu.
Saling percaya, ikhlas dan tetap menjalin silaturahmi kekeluargaan, menjadi dasar tidak ditulisnya kesepakatan secara detil yang terjadi saat itu. Semuanya tak lepas dari kiprah sang ayah, Serka (Purn) TNI AD Muarrap (almarhum).
Keluarga super kompleks dan berbeda pada keluarga pada umumnya, menjadi bekal Oonk remaja melanglang buana.
Satu senjata yang dimilikinya, kesenangannya pada dunia komputer dan fotografi. Tak ada asap tak ada api. Oonk banyak belajar fotografi dari sang paman. Apalagi, sejak di bangku SMP, ia sudah ikut nimbrung di studio sang paman.
“SMP sudah ikut les komputer. Ikut kegiatan pecinta alam. Bahkan saat pramuka Saka Bahari, sempat dikirim ke Bali naik kapal perang,” kenangnya.
Kegemarannya berlanjut saat menghabiskan masa remaja di SMAN1 Pamekasan. Mengenal aplikasi edit foto Potoshop. Itu pun ia dalami sendiri setelah dapat bocoran saat pelajaran sekolah. Sebatas ingin mengubah gambar latar sebuah foto, membuatnya terkesima dan mengulik sampai bisa.

“Saat itu melihat guruku bisa ganti background, saya kagum, kok canggih. Akhirnya ingin mencoba sendiri,” celetuk Oonk.
Pramuka dipilihnya menjadi fokus kegiatan di sela pendidikan formal sekolah menengah atas. Karena cita-citanya saat itu menjadi dan gabung Akademi Militer (Akmil).
Sebuah nilai kedisplinan yang tetap terjada hingga kini. Jam berapa pun malam ia tidur, selalu bangun pagi. Senada dengan legenda dongeng Tanah Jawa (Tangi Awan Rejekine Dipangan Pitik / Bangun Kesiangan Rejekinya Dimakan Ayam).
Pun begitu, kedisplinan menjaga asa tak semulus kata-kata. Ia mencoba satu-satu. Lurus pada niat awal. Kuliah di Akademi Maritim Indonesia. Hanya saja, jiwa muda sangat mudah goyah. Cita-cita kalah dengan hobinya.
“Sempat vakum motret dan edit foto saat di bangku kuliah. Karena saya sudah bekerja. Bahkan banyak tawaran pekerjaan,” kelakarnya sembari mengatakan, ia tidak ikut selebrasi kelulusan alias wisuda, walau ia sudah lulus yudisium dan mengantongi ijazah.
2004 menjadi tahun awal keberhasilannya dikenal banyak orang melalui edit foto. Mahir komputer. Hingga akhirnya memutuskan mendalami ketertarikannya di dunia digital. Multitasking atau bakat ganda yang tak banyak dimiliki orang.
“Tertarik digital, belajar di artikel dan internet. Saya punya trik saat itu, kuliah sambal kerja, sempat jaga warnet agar bisa internetan gratis,” celetuknya.
Kacang tidak lupa kulitnya. Oonk tetap berguru pada sang paman sang fotografer di Pulau Garam. Hanya saja, masa transisi analog ke digital, menciptakan perdebatan hebat antara paman dan keponakan.
“Om saya pakai manual (kamera analog, red) Saya pakai digital, dan terjadi perdebatan soal ide dan prinsip fotografi,” ujar Oonk seraya menceritakan Nikon menjadi kamera pertama yang dimilikinya saat itu.
Lepas dari Akmil. Tak tertali juga pada fotografi. Oonk mencoba dunia baru. Ya. Pada 2004-2006 ia kerja di perusahaan eksportir di Semarang-Solo, Jawa Tengah. Dari yang awalnya urus dokumen, hingga akhirnya jadi marketing.
“Nah pas jadi marketing, tuntutan kerja bertemu banyak orang, terbuka kembali mengabadikan berbagai suasana melalui lensa,” kisah Oonk seraya menyeruput secangkir kopi hitam dan memainkan segelintir nikotin di jarinya.
Boleh dikata, Oonk muda Berjaya. Meski, ibarat lensa auto ia tetap gagal focus, bermodal tekad besar, ia beranjak ke Solo. Kerja ikut studio orang Tionghoa dengan tujuan belajar sistem; membantu edukasi hingga murni bisnis digital di bidang fotografi.
“Pada 2009 dan 2011 anggap saja saya cukup matang di digital fotografi. Semakin banyak relasi dan berbagi kerjaan, kepentingan hingga pertemanan”.
Canda dan tawa seketika melengkapi tatkala ia mengarungi bahtera rumah tangga. Keluarga kecil nan bahagia. Tak hanya Indonesia ia jelajahi bersama lensa dan keahliannya olah digital. Edit foto membawanya ke sejumlah negara tetangga.
Perputaran roda tak berirama. Air mata mengubah banyak cerita. (Bersambung)
Kontributor || Trahiyang Alba Vivakananda
Editor || Danang Arganata, WI 200050
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)