Relevansi “Kekerasan” Dalam Diklat Mapala Hari ini

relevansi-“kekerasan”-dalam-diklat-mapala-hari-ini
Relevansi “Kekerasan” Dalam Diklat Mapala Hari ini
Share

Share This Post

or copy the link

Oleh : Ahmad Syarofi, M.Sos
Mahasiswa Pecinta Alam Bawah Langit (Mapalangit)

STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin Cirebon

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Kekerasan dalam Diklat Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam).tak hanya merugikan individu yang menjadi korban, tetapi juga merusak hubungan antar anggota dan citra organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, peran setiap instruktur dalam mencegah dan mengatasi kekerasan sangatlah penting.

Dengan memahami bahwa kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, setiap instruktur Diklat Mapala harus aktif mencegahnya. Menghormati batas-batas pribadi, dan melaporkan tindakan kekerasan adalah langkah-langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua anggota. (Utami, 2018). Dengan demikian, kita dapat menjaga keutuhan hubungan antar anggota dan memperkuat citra positif dari organisasi dalam Diklat Mapala.

Keras, Kekerasan dan Dikerasi
Definisi “Kekerasan” adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan menyakiti atau merugikan orang lain secara fisik, emosional, atau psikologis. Dalam konteks Diklat Mapala, kekerasan dapat terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, intimidasi, atau bahkan pelecehan seksual. (Zaitun & M., n.d). Penting bagi setiap instruktur untuk memahami dan menghormati batas-batas pribadi serta menjaga lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anggota.

Apa itu kekerasan dalam arti sebenarnya dan mengapa penting untuk dihindari? Kekerasan dalam arti sebenarnya adalah tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan merugikan orang lain baik secara fisik maupun emosional. (Rofifah, 2023).

Kekerasan penting dihindari karena kekerasan dapat merusak hubungan antar anggota, menciptakan ketidaknyamanan, dan mengganggu proses pembelajaran serta pengembangan diri. Dengan menghindari kekerasan, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan mendukung pertumbuhan positif bagi setiap anggota.

Lantas apa yang membedakan antara keras, kekerasan dan dikerasi? Keras merupakan sifat yang menunjukkan ketegasan dan keberanian dalam menghadapi suatu situasi tanpa merugikan orang lain. (Nisrina et al., 2024).

Kekerasan merupakan tindakan agresif yang bertujuan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. (Krismonia, n.d.) Sedangkan dikerasi adalah proses pendidikan atau pembinaan yang dilakukan dengan cara tegas, namun tetap menghormati martabat dan hak asasi manusia. (HAM, n.d.).

Dengan memahami perbedaan ketiga konsep di atas, kita dapat lebih bijak dalam bertindak dan menghindari terjadinya kekerasan dalam segala bentuknya.  

Kekerasan di Diklat Mapala
Insiden kekerasan dalam program Diklat Mapala yang terjadi pada tahun sebelumnya baik yang tercatat oleh media ataupun tidak dipublis paling sedikitnya kabar duka dari kalangan Mapala selalu ada di setiap tahun, yang terbaru tercatat dalam kabar berita Kompas.com terjadi di Mapala Mahasiswa Divisi Pecinta Alam (Mahadipa) Fakultas Tehnik Universitas Jember (Unej), ada satu orang anggota meninggal dunia saat Diklat yang terjadi pada tanggal 13 November 2023. Pada tahun yang sama, tanggal 15 Januari 2023 kabar duka datang dari Mapala 09 Fakultas Tehnik Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas) yang juga tercatat satu orang meninggal dunia.

kumparan.com pada tahun sebelumnya yaitu di tahun 2022 menuliskan peristiwa kematian peserta Diklat yang terjadi di Mapala Mitapasa IAIN Salatiga, ada satu korban yang meninggal dunia pada tanggal 13 Januari.

Tahun 2021 tercatat satu orang anggota Mapala Mappesompae IAIN Bone meninggal dunia. Pada tahun 2019 — tepatnya tanggal 22 Desember 2019 — kabar duka juga menyelimuti kawan-kawan dari Mapala Uniska Universitas Singaperbangsa Karawang, karena ada tiga anggotanya yang gugur saat melaksanakan Diklat.

Kemudian, seperti yang dilansir portal berita krjogja.com, Mapala Mayapala Jungle School dari Jurusan D3 Teknik Informatika Universitas Amikom Yogyakarta, mengalami hal yang sama yaitu satu orang meninggal dunia tepatnya pada tanggal 31 Janari 2018.

Pada tahun-tahun sebelumnya, berbagai peristiwa tragis telah terjadi di kalangan Mapala di berbagai universitas di Indonesia. Duka yang mendalam dirasakan oleh keluarga, teman-teman, dan rekan-rekan seperjuangan dari para anggota Mapala yang telah berpulang.

Mencegah Kekerasan di Diklat Mapala
Dari data di atas maka kekerasan dalam jenis dan bentuk apa pun yang terjadi selama pelaksanaan Diklat, sudah tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini, karena akan merusak dan mengakibatkan nama baik organisasi, kampus, dan semua anggotanya tercemar.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana cara menangani kekerasan dan bagaimana menghindarinya.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati martabat dan hak asasi manusia dalam setiap interaksi sosial. Yang mana tercantum dalam Kode Etik Pecinta Alam dalam poin ke empat : Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan damai bagi semua orang.

Selain itu, penting juga untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan, seperti ketidaksetaraan sosial, ketidakadilan, dan konflik antar individu atau kelompok. Dengan memahami akar masalah tersebut, kita dapat lebih efektif dalam mencegah terjadinya kekerasan. Selain itu, perlu juga untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik yang baik, sehingga kita dapat mengatasi perbedaan pendapat atau masalah tanpa harus menggunakan kekerasan. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan damai.

Dampak kekerasan terhadap peserta dan organisasi Mapala tidak hanya dirasakan oleh keluarga dan teman-teman korban, tetapi juga oleh seluruh komunitas mahasiswa dan masyarakat luas. Kekerasan yang terjadi dapat menimbulkan trauma dan ketakutan bagi para anggota Mapala, serta merusak citra dan reputasi dari organisasi tersebut. Hal ini juga dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan kekhawatiran bagi calon anggota Mapala yang ingin bergabung dengan organisasi Mapala.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menangani kekerasan dalam kegiatan Diklat Mapala termasuk pembentukan tim keamanan internal, pelatihan keamanan bagi anggota, dan penegakan aturan yang jelas terkait dengan perilaku yang tidak dapat diterima. Selain itu, penting juga untuk membangun komunikasi yang terbuka dan transparan antara anggota Mapala dan pihak-pihak terkait agar masalah dapat segera diidentifikasi dan diatasi sebelum menjadi lebih besar. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, diharapkan kekerasan dalam kegiatan Diklat Mapala dapat diminimalisir dan anggota dapat merasa lebih aman dan terlindungi.

Dengan demikian, keselamatan dan kenyamanan anggota Mapala akan menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan Diklat. Selain itu, penting juga untuk terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada anggota tentang pentingnya menghormati satu sama lain dan menjaga etika baik selama menjalani kegiatan Mapala. Dengan demikian, budaya kekerasan dapat diminimalisir dan solidaritas serta kebersamaan di antara anggota dapat terus ditingkatkan, serta Diklat Mapala dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang optimal bagi semua anggotanya.

Pelatihan dan pedoman untuk instruktur Diklat Mapala dapat membantu dalam mengatasi situasi yang tidak diinginkan dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua anggota. Instruktur perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda kekerasan dan tindakan yang harus diambil dalam situasi tersebut. Instruktur perlu pula memahami bahwa setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang harus dihormati selama menjalani kegiatan Mapala. Dengan demikian, kegiatan Diklat Mapala dapat menjadi wadah yang positif untuk pembentukan karakter dan kepemimpinan yang baik bagi anggotanya. (Musabikin, n.d.)

Dalam melaksanakan tugasnya, instruktur Diklat Mapala juga perlu menerapkan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan, sehingga semua anggota dapat merasa dihargai dan diperlakukan dengan adil. Instruktur juga harus memberikan contoh teladan dalam hal komunikasi yang efektif dan penyelesaian konflik yang baik agar menjadi panutan bagi anggota Mapala. Dengan adanya pedoman yang jelas dan dilaksanakan dengan konsisten, Diklat Mapala dapat menjadi sarana yang efektif dalam pengembangan kepemimpinan dan karakter positif bagi seluruh anggotanya.

Berikutnya, instruktur juga harus memiliki kemampuan untuk memotivasi anggota agar tetap semangat dalam mengikuti kegiatan Diklat Mapala. Hal ini penting untuk menjaga semangat dan antusiasme anggota dalam mengikuti program pelatihan tersebut. Instruktur juga perlu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi dan kebutuhan individu anggota sehingga dapat memberikan pembinaan yang sesuai dan efektif. Dengan demikian, Diklat Mapala dapat menjadi wahana yang efektif dalam mengembangkan potensi dan kepemimpinan anggotanya.

Sebagai contoh, seorang instruktur Diklat Mapala yang memiliki kemampuan untuk memotivasi anggota dengan memberikan pujian dan dukungan secara terus-menerus dapat meningkatkan semangat dan antusiasme anggota. Selain itu, dengan kemampuan untuk mengidentifikasi potensi dan kebutuhan individu anggota, seorang instruktur dapat memberikan pembinaan yang tepat sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta.

Evaluasi dan pembaruan secara berkala terhadap kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pencegahan kekerasan dalam Diklat Mapala merupakan langkah penting dalam memastikan efektivitas program tersebut. Dengan adanya evaluasi yang rutin, panitia pelaksana Diklat Mapala dapat mengidentifikasi kelemahan dan kesempatan perbaikan yang dapat meningkatkan keamanan dan kesejahteraan anggotanya.

Pembaruan kebijakan dan prosedur juga dapat mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang pencegahan kekerasan, sehingga program Diklat Mapala tetap relevan dan efisien dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian, evaluasi yang dilakukan secara berkala akan membantu meningkatkan kualitas dan efektivitas program Diklat Mapala.

Dengan adanya pembaruan kebijakan dan prosedur, anggota Mapala akan merasa lebih aman dan terlindungi selama mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini juga akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi seluruh anggota Mapala.

Adanya upaya untuk terus mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang pencegahan kekerasan, program Diklat Mapala dapat terus berkembang dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Evaluasi yang dilakukan secara berkala juga akan memastikan bahwa program tersebut tetap relevan dan efektif dalam mencapai tujuannya.

Pembaruan kebijakan dan prosedur juga akan memberikan jaminan keamanan bagi anggota Mapala dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dengan begitu, keselamatan dan kesejahteraan anggota Mapala akan tetap menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Kolaborasi dengan bidang kesehatan jasmani dan mental dalam pelaksanaan Diklat Mapala akan memberikan manfaat tambahan bagi anggota Mapala. Dengan adanya dukungan dan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan secara keseluruhan, anggota Mapala dapat lebih siap dan terlatih untuk menghadapi tantangan yang ada di lapangan.

Kerja sama dengan pihak terkait juga akan memperkuat jaringan dan hubungan antar organisasi, sehingga dapat memberikan kesempatan untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat. Dengan demikian, program Diklat Mapala akan menjadi lebih holistik dan komprehensif, sehingga dapat memberikan dampak positif yang lebih besar bagi anggota Mapala dan masyarakat sekitarnya.

Kesimpulan
Mengenai relevansi kekerasan dalam Diklat Mapala di hari ini dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam Diklat Mapala sudah harus dihilangkan dengan alasan apapun. Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan kesiapan dari Mapala yang akan mengadakan Diklat dan kerja sama antar organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di lapangan.

Dengan adanya program Diklat Mapala yang holistik dan komprehensif, diharapkan anggota Mapala dapat lebih siap menghadapi berbagai situasi dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat sekitarnya.

Penanganan kekerasan dalam Diklat Mapala tidak hanya berdampak pada kesiapan anggota Mapala, tetapi juga pada hubungan kerja sama antar organisasi yang lebih baik. Hal ini tentu akan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitarnya, karena anggota Mapala akan lebih terlatih dan siap dalam menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi di lapangan. Dengan demikian, program Diklat Mapala yang holistik dan komprehensif memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkualitas bagi semua pihak yang terlibat.

Seruan untuk terus berupaya menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati bagi semua peserta Diklat Mapala sangatlah penting. Dengan adanya kerja sama yang baik antar organisasi, diharapkan akan tercipta lingkungan yang lebih harmonis dan mendukung pertumbuhan anggota Mapala secara keseluruhan.

Dukungan dan komitmen dari semua pihak juga akan memperkuat program Diklat Mapala sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi semua yang terlibat. Sehingga upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati bagi semua peserta Diklat Mapala harus terus ditingkatkan, demi tercapainya tujuan bersama yang lebih baik. (Opay).

Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB 

Referensi

Ham. (N.D.). Manual Pelatihan. https://www.komnasham.go.id/files/20180228-manual-pelatihan-penerapan-sekolah-$L5QSRT.pdf

Krismonia. (n.d.). Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Agresif melalui Konseling Individual. https://pdfs.semanticscholar.org/7be7/4dd651bc8f1717d8e7797dc5206e158e1052.pdf

Musabikin. (N.D.). Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Tauhid Dan Karakter Pada Mahasiswa Pecinta Alam Tapak Giri Universitas Islam” 45″ Bekasi. http://repository.unismabekasi.ac.id/id/eprint/934

Nisrina, Ikhwanuddin, & Emma. (2024). Nilai Moral dalam Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye: Pendekatan Sosiologi Sastra. https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/15344

Rofifah. (2023). Kejahatan Remaja (Klitih) Sebagai Bentuk Pelanggaran Ham. https://wnj.westscience-press.com/index.php/jhhws/article/view/409

Utami. (2018). Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Perspektif Hak Atas Rasa Aman Di Nusa Tenggara Barat (Prevention of Violence to Children from the . . .. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=763208&val=12377&title=Pencegahan%20Kekerasan%20Terhadap%20Anak%20dalam%20Perspektif%20Hak%20Atas%20Rasa%20Aman%20Di%20Nusa%20Tenggara%20Barat

Zaitun, & M. (n.d.). Kapita Selekta Pendidikan Islam. https://core.ac.uk/download/pdf/300838174.pdf

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Relevansi “Kekerasan” Dalam Diklat Mapala Hari ini

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy KOMBI.ID privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us