Inspirasi cerita boleh datang dari mana saja. Jika tak memiliki ide brilian untuk diangkat jadi cerita, mengapa tidak membuatnya. Hubungan tak pantas pun bisa menjadi ide cerita. Itulah yang menjadi inti cerita dari Miller’s Girl, film terbaru besutan sutradara dan penulis Jade Halley Bartlett.
Cairo Sweet (Jenna Ortega) adalah remaja kesepian yang tinggal di kota kecil di Tennessee, AS. Orang tuanya pengacara kaya yang sibuk dengan pekerjaan sehingga membiarkannya hidup sendiri di rumah besar yang kosong.
Baca juga: Babylon, Pasang Surut Hidup Orang-orang Film
Cairo mengisi kekosongan hidup dengan membaca dan menulis. Awal film dibuka dengan keluh kesahnya. “Apa itu dewasa? Aku berusia 18 tahun dan biasa-biasa saja, mendekam di belantara antah berantah, Tennessee.”
Dalam kesepiannya, Cairo antusias bertemu dengan salah satu guru yang mengajar penulisan kreatif, Jonathan Miller (Martin Freeman). Di usia paruh baya, Jonathan adalah penulis gagal yang banting setir jadi guru.
Cairo menarik perhatian Jonathan karena ia membaca karya-karya Jonathan yang sudah ia lupakan. Antusiasme Cairo mendorong Jonathan untuk menantangnya membuat tulisan mengikuti gaya penulis favoritnya sebagai tugas sekolah.
Sementara itu, Cairo tertarik pada Jonathan karena karya-karyanya yang berupa romansa erotis. Didorong oleh salah satu temannya, Cairo menjadikan hubungannya dengan Jonathan sebagai sumber cerita berupa karya yang kontroversial.
Hubungan rumit yang tak pantas
Melalui film ini, Jade Halley Bartlett mencoba mengangkat problematika kerumitan hubungan yang tak pantas antara seorang guru dan murid.
Bagi Jonathan, perhatian dari seorang murid menjadi penghargaan yang membangkitkan kenangan akan masa lalu. Ia membalasnya dengan memberi perhatian lebih dan mendorong Cairo mewujudkan aspirasinya menjadi penulis andal. Namun, hal itu berbelok ke arah yang tidak ia sangka sebelumnya.
Baca juga: Friend Zone, Mencintai Tak Harus Memiliki
Sementara itu, Cairo menganggap Jonathan sebagai seorang yang membuka peluang untuk keluar dari kesepiannya dan meraih kejayaan. Jonathan adalah pahlawan yang membangkitkan keberanian Cairo untuk berusaha mewujudkan apa yang sebelumnya ia anggap mustahil.
Berlatar orang-orang yang bergiat di bidang literasi, film ini dipenuhi dialog-dialog yang ingin terdengar cerdas dan puitis. Bagi sebagian penonton boleh jadi akan terasa membosankan dan membingungkan, apalagi jika kesulitan memahami dalam bahasa aslinya (bahasa Inggris). Ada makna dan emosi yang hilang ketika diterjemahkan.
Premis yang ditawarkan sebenarnya menggelitik, walau mungkin ada penonton yang merasa tidak nyaman. Hubungan antara sosok guru yang semestinya digugu dan ditiru dengan murid yang terpaut usia lebih dari tiga dekade terasa amat keliru dan tidak pantas.
Usia remaja boleh jadi periode di mana seorang masih labil dan dengan gegabah mencoba berbagai hal yang sebelumnya tak terpikirkan. Amat wajar jika Cairo “menyerempet-nyerempet bahaya”. Apalagi ketika dipanas-panasi oleh teman sebaya, yang dilakukan karibnya Winnie (Gideon Adlon).
Seperti dikatakan Boris (Bashir Salahuddin), kolega dan teman dekat Jonathan, sebagai yang lebih dewasa mestinya ia tahu batas. Akan tetapi, konflik yang dilakoni Jonathan dan Cairo memang bukan sebatas emosi sesaat di permukaan. Tapi jauh menusuk hingga harga diri dan aspirasi terdalam.
Lebih dari sekadar berkisah tentang proses kreatif, Miller’s Girl bertutur tentang bagaimana kisah kehidupan dapat mengubah seseorang dan ketika dituangkan menjadi tulisan, maknanya jauh lebih dalam ketimbang baris-baris kata yang terangkai.
Tidak mudah mencerna akhir dari film ini, namun pesan kuat yang ingin disampaikan bahwa setiap orang harus berani menghadapi kenyataan dan jujur dengan diri sendiri untuk mewujudkan mimpi dan aspirasinya.
Miller’s Girl kini sedang diputar di layar bioskop di Tanah Air. Jangan sampai ketinggalan menyimak kisahnya.
Jenis Film:
Drama
Produser:
Josh Fagen, James Weaver, Martin Freeman
Sutradara:
Jade Bartlett
Skenario:
Jade Bartlett
Pemeran:
Martin Freeman, Jenna Ortega, Bashir Salahuddin, Gideon Adlon, Dagmara Dominczyk, Christine Adams, André Wilkerson, Ray Fawley, Trace Haynes
Durasi:
93 Menit
Rilisan:
AS
Tayang perdana:
1 Maret 2024
Review overview
Summary
7Film ini berkisah tentang hubungan rumit yang tak pantas antara seorang guru dan murid dengan latar seputar proses kreatif membuat tulisan.