Caption Foto: Joko Mulyono yang akrab disapa “Sisi Barat” (WARTAPALAINDONESIA)
Wartapalaindonesia.com – Aku Joko Mulyono, tetapi teman-temanku lebih suka memanggilku “Sisi Barat.”
Julukan itu muncul karena aku selalu memimpin pendakian dari sisi barat gunung, rute yang paling menantang namun menawarkan pemandangan yang paling indah.
Dulu, setiap kali mendaki, aku merasakan kebebasan, kegembiraan, dan kepuasan yang tak tertandingi. Namun, sekarang, semuanya terasa berbeda.
Pagi itu, aku duduk di tepi jalan setapak yang mengarah ke Gunung Citra, tempat favoritku. Udara masih segar dan embun belum menguap sepenuhnya.
Namun, tidak ada semangat dalam langkahku. Rasanya, setiap langkah yang kuambil hanya menjadi rutinitas belaka, tanpa ada gairah yang dulu selalu menyala.
“Ada apa denganmu, Joko?” Tanya Rudi, sahabatku yang selalu setia menemani setiap pendakian.
Aku menghela napas panjang, “aku sendiri tidak tahu, Rudi. Dulu mendaki gunung adalah segalanya bagiku. Sekarang, aku merasa hampa.”
Rudi menepuk pundakku, “mungkin kamu butuh istirahat atau mencari makna baru dalam pendakianmu.”
Kata-kata Rudi membuatku berpikir. Mencari makna baru. Apa yang sebenarnya aku cari dari mendaki gunung selama ini? Kebanggaan? Ketenangan? Atau mungkin sesuatu yang lebih dalam yang telah hilang tanpa kusadari?
Dalam perjalanan mendaki Gunung Citra kali ini, aku mencoba merenungkan setiap langkahku. Aku mengingat bagaimana dulu aku selalu merasa hidup ketika mendaki, bagaimana setiap tantangan membuatku merasa lebih kuat dan lebih bijaksana.
Namun, sekarang semua itu tampak seperti kenangan yang jauh.
Di pertengahan jalan, aku berhenti di sebuah titik yang menawarkan pemandangan lembah yang luas. Di sana, aku melihat seorang anak kecil dengan wajah ceria, berlari-lari mengejar kupu-kupu.
Ia tertawa lepas, menikmati momen tanpa beban. Aku tersenyum, mengingat masa kecilku sendiri, ketika segalanya begitu sederhana dan penuh kegembiraan.
“Mungkin itulah yang hilang,” pikirku.
“Aku lupa bagaimana caranya menikmati setiap momen, lupa merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaan.”
Dengan pemikiran itu, aku melanjutkan pendakianku. Aku mulai memperhatikan hal-hal kecil di sekitarku: suara angin yang berdesir di antara pepohonan, aroma tanah yang lembap, dan kicauan burung yang merdu.
Perlahan, aku merasakan semangatku kembali. Bukan semangat yang sama seperti dulu, tapi sesuatu yang baru, yang lebih dalam dan lebih tulus.
Ketika aku akhirnya mencapai puncak Gunung Citra, matahari sudah mulai terbenam. Pemandangan indah itu mengingatkanku pada tujuan awal dari setiap pendakian: bukan sekadar mencapai puncak, tapi menikmati setiap langkah menuju ke sana.
Aku duduk di puncak dan memandang jauh ke cakrawala. “Mungkin,” bisikku pada diri sendiri, “yang hilang bukanlah nikmatnya mendaki, tapi caraku melihatnya.”
Saat matahari tenggelam, aku tersenyum. Aku tahu, mulai sekarang, setiap pendakian akan memiliki makna baru. Dan aku, Joko Mulyono, Sisi Barat, siap menemukan kebahagiaan dalam setiap langkahku kembali. (jok)
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)